Arti Kata, Pengertian, Hakikat dan Metode Epistemologi
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban.
Namun setiap jawaban itu pula selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, melainkan kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. justru sebaliknya, semakin mengingatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji suatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya.
Sehingga manusia sekarang ini lebih giat lagi melakukan penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tetapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.
Cara manusia mendapatkan pengetahuan inilah yang disebut sebagai epistemologi. Bagaimana caranya? Tentu saja melalui aspek yang ada seperti: bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Teknik apa yang dapat membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Dan lain-lain.
Namun sebelum lebih jauh memahami epistemologi, ada baiknya kamu mengetahui dasar-dasar epistemologi terlebih dahulu yang meliputi arti kata epistemologi, pengertian epistemologi, hakikat epistemologi dan metode epistemologi.
Arti Kata Epistemologi
Epistemologi (epistemology) dibentuk dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu "episteme" yang berarti pengetahuan dan "logos" yang berarti bahasa atau ilmu. Dari penggabungan dua suku kata ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan.
Sedangkan menurut KBBI, arti kata epistemologi adalah cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan.
Sebagai cabang filsafat, epistemologi disebut juga filsafat pengetahuan (philosophy of knowledge) atau teori pengetahuan (theory of knowledge), karena cabang filsafat ini melakukan kajian kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan.
Pengertian Epistemologi menurut Para Ahli
Banyak ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian epistemologi, diantaranya:
1. J. Sudarminta (2010)
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan. Epistemologi mencoba untuk menjawab pertanyaan mendasar: apa yang membedakan pengetahuan yang benar dan pengetahuan yang salah? Secara praktis, pertanyaan ini ditranslasikan kedalam masalah metodologi ilmu pengetahuan. Misalnya: bagaimana kita bisa mengembangkan suatu teori atau model yang lebih baik dan teori yang lain?
2. Littlehohn (2005)
Epistemologi adalah salah satu komponen dalam filsafat ilmu, epistemologi difokuskan pada telaah tentang bagaimana ilmu pengetahuan memperoleh kebenarannya, atau bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar, atau bagaimana seseorang itu tahu apa yang mereka ketahui.
3. Kattsoff (1992)
Ontologi dan epistemologi merupakan hakikat kefilsafatan, artinya keduanya membicarakan mengenai kenyataan yang terdalam dan bagaimana mencari makna dan kebenaran. Adapun aksiologi berbicara mengenai masalah nilai-nilai atau etika dalam kaitannya dengan mencari kebahagiaan dan kedamaian bagi umat manusia.
4. Hardono Hadi (1998)
Hardono Hadi memahami epistemologi secara etimologi yakni epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Epsiteme artinya pengetahuan; dan logos biasanya dipakai untuk menunjuk pengetahuan sistematik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemologi yaitu pengetahuan sistematik tentang pengetahuan.
Dari semua pengertian yang diungkapkan oleh para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi merupakan disiplin filsafat yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang pengetahuan.
Adapun pengetahuan yang tidak ilmiah masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan basil serapan indrawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu, sesuatu yang diperoleh secara pasif atau diluar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit atau wahyu (oleh Nabi). Dengan kata lain pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya.
Hakikat Epistemologi
Jujun S. Suriasumantri (2010) mengatakan pengetahuan merupakan khazanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai jawaban dan berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Dan suatu pertanyaan diharapkan mendapatkan jawaban yang benar. Maka dan itu muncullah masalah, bagaimana kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah inilah yang pada ilmu filsafat disebut dengan epistemologi.
Lahirnya epistemologi pada hakikatnya yaitu karena para pemikir melihat bahwa pancaindra manusia merupakan satu-satunya alat penghubung antara manusia dengan realitas eksternal.
Dalam memahami dan memaknai realitas eksternal ini kadang kala dan bahkan senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan, dengan demikian, sebagian pemikir tidak menganggap valid lagi indra lahir itu dan berupaya membangun struktur pengindraan valid yang rasional.
Namun pada sisi lain para pemikir sendiri berbeda pendapat dalam banyak persoalan mengenai akal dan rasionalitas, dan keberadaan argumentasi akal yang saling kontradiksi dalam masalah pemikiran kemudian berefek pada kelahiran aliran sofisme yang mengingkari validitas akal dan mendlak secara mutlak segala bentuk eksistensi eksternal.
Metode Epistemologi untuk Memperoleh Pengetahuan
Ada beberapa metode yang populer dan dijadikan rujukan dalam memperoleh pengetahuan dalam epistemologi pengetahuan, sebagaimana yang dikemukakan Imam Wahyudi (2007) sebagai berikut:
1. Metode Empirisme
Empirisme yaitu suatu cara atau metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman indrawi.
Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dan pengindraan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut. Ta memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara pasif menerima basil pengindraan itu. mi berarti semua pengetahuan kita, betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman indrawi yang pertama-tama dapat diibaratkan sebagai atom yang menyusun objek material.
Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
2. Metode Rasionalisme
Rasionalisme yaitu satu cara atau metode dan sumber pengetahuan yang berlandaskan pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam dan barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi.
3. Metode Fenomenalisme
Fenomenalisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu pengetahuan dengan menggali pengalaman dan dalam dirinya sendiri. Tokoh yang terkenal dalam metode ini ialah Immanuel Kant.
Kant membuat uraian tentang pengalaman sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri dengan merangsang alat indrawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaanya sendiri, tetapi hanya tentang sesuatu seperti yang tampak kepada kita, artinya pengetahuan tentang gejala (phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman, meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
4. Metode Intuisionisme
Intuisionisme yaitu satu cara atau metode dalam memperoleh sumber ilmu pengetahuan dengan menggunakan sarana intuisi untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisis, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dan pengetahuan intuitif.
Tokoh yang terkenal dalam aliran mi ialah Bergson. Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme menurut Bergson, dimungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indra.
Dengan demikian, data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh pengindraan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman indrawi maupun pengalaman intuitif.
Ada yang khas dan aliran ini dia tidak mengingkari nilai pengalaman indrawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intuisionisme dalam beberapa bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap diperoleh melalui intuisi, sebagai lawan dan pengetahuan yang nisbi yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analisis.
Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indra hanyalah apa yang tampak belaka, sebagai lawan dan apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang metampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaan senyatanya.
Referensi:
Suharyanto, Carolus dan Raja Aloan Tumanggor. (2017). Pengantar Filsafat untuk Psikologi. Yogyakarta: PT Kanisius.
Bertens, K. Johanis Ohoitimur., dan Mikhael Dua. (2018). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: PT Kanisius
Aplikasi KBBI