Apa Itu Apokrifa (Pengertian, Arti Kata, Daftar Kitab)
Selamat datang di situs Blogger Toraja.
Pada pembahasan kali ini, Blogger Toraja akan memaparkan mengenai apa itu Apokrifa? Yang mencakup pengertian Apokrifa dan daftar kitab Apokrif. Yuk langsung saja disimak pembahasannya berikut.
Apa Itu Apokrifa?
Apokrifa berasal dari bahasa Yunani yakni Apocryphos yang dalam bahasa Inggris Apocrypha; k.b neutrum plural yang jika diterjemahkan secara harfiah dapat berarti tersembunyi, rahasia, palsu, tidak kanonik. Istilah Apokrifa ini lebih merujuk kepada tulisan-tulisan yang diragukan keasliannya.
Pengertian Apokrifa Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Apokrifa memiliki pengertian:
- Yang diragukan keasliannya; tidak dapat dipercaya (tentang asal usul naskah)
- Bagian-bagian Alkitab yang diakui Gereja Katolik, tetapi tidak diakui oleh Gereja Protestan dan Yahudi.
Arti Kata Apokrifa Adalah?
Apokrifa secara lebih luas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang disembunyikan rapat-rapat. Istilah ini lazim untuk menyebut kitab-kitab yang tidak diterima sebagai kitab-kitab kanonik oleh komunitas Yahudi dan Kristen secara umum, sekalipun diterima oleh komunitas-komunitas tertentu.
Kumpulan tulisan yang dikenal sebagai apokrifa merupakan sejumlah tulisan yang berbeda, yang dikumpulkan bukan karena kesamaan-kesamaannya, atau kesamaan unsur-unsurnya, atau nilai-nilai intristiknya, melainkan karena faktor-faktor eksternal.
Tidak ada kekhasan tertentu yang membedakan Apokrifa dengan tulisan-tulisan Yahudi awal lainnya, entah yang termasuk dalam kanon, atau yang dianggap sebagai pseudopigrafa. Tulisan-tulisan Apokrifa tidak selalu post-alkitabiah karena sudah ada sebelum gagasan kanonisasi muncul. Bahkan kebanyakan tulisan Apokrifa juga terdapat di beberapa kitab kanonik.
Daftar Kitab-Kitab Apokrifa
Berikut ini yang termasuk dalam daftar kitab-kitab Apokrif adalah sebagai berikut:
- Tobit
- Yudit
- Tambahan pada kitab Ester
- Kebijaksanaan Salomo
- Yesus ben Sirakh (Ecclesiaticus)
- Barukh
- Surat Yeremia (disebut juga Barukh Ps. 6)
- Tambahan pada kitab Daniel (terdiri dari dua bagian: Doa Azariah dan Doa Tiga Anak Susana, serta Bel dan Naga)
- 1 Makabe
- 2 Makabe
- 3 Makabe
- 4 Makabe (di Septuaginta ditempatkan pada Apendiks)
- 1 Esdras (= 2 Esdras pada Apendiks Vulgata)
- 2 Esdras (= 3 Esdras pada Alkitab Slavonik = 4 Esdras pada Vulgata)
- Doa Manasye (di Vulgata ditempatkan sebagai Apendiks
- Mazmur 151.
Catatan: 1 dan 2 Esdras di Vulgata = Ezra - Nehemia di PL, sedangkan 3 Esdras = 1 Esdras di versi Latin Kuno. Oleh GKR diakui sebagai bagian dari kitab suci PL dan disebut Deutronika, tetapi tidak diterima oleh sebagian besar gereja-gereja Reformasi atau Protestan.
1. Yahudi
Tulisan-tulisan keagamaan Yahudi yang tidak diakui sebagai bagian dari Kitab Suci Kanonik dalam tradisi Yahudi dan beberapa gereja Kristen. Sesudah kejatuhan Yerusalem (70 ZB), para Rabi dari tradisi Farisi menerima/mengakui otoritas 24 kitab dalam Kitab Suci Ibrani (PL), namun menolak sejumlah karya Yahudi yang digunakan di Aleksandria, yang merupakan bagian dari manuskrip Septuaginta (LXX), yang disebut sebagai Apokrifa.
2. Perjanjian Baru (PB)
Ada yang menyebutnya sebagai Apokrifa Kristen. Apokrifa PB adalah tulisan-tulisan Kristen yang sezaman dengan PB, namun tidak masuk dalam kanon PB yang otoritatif.
Tulisan-tulisan ini menceritakan kisah masa muda Yesus, kuasa-kuasaNya yang ajaib, tambahan untuk kitab Kisah Para Rasul terutama sesudah Paskah, beberapa surat, dan tulisan-tulisan Apokaliptik.
Meskipun berasal dari abad ke 2 hingga ke 9, tulisan-tulisan ini (dalam bahasa Yunani, Latin, Siria, dan beberapa bahasa lain) hanya memberi sedikit informasi yang dapat dipercaya tentang asal usul kekristenan, sekalipun memberi andil bagi pengetahuan kita tentang pemikiran, kehidupan, dan kesalehan Kristen pada abad-abad tersebut.
Penemuan di Nag Hamadi menyingkapkan banyak dokumen Apokrifa yang tidak diketahui sebelumnya. Sebagian diantaranya menuturkan pengajaran Kristus kepada para muridNya pada masa antara sesudah kebangkitanNya dan kenaikanNya ke surga (bukan hanya selama 40 hari, melainkan 550 hari).
3. Injil-injil
Tulisan-tulisan atau kitab-kitab Injil yang sezaman dengan Injil-injil Kanonik atau sesudahnya tetapi tidak masuk kedalam kanon PB. Kitab-kitab ini (antara lain: Injil Yakobus, Injil Petrus, Injil Tomas, Injil Kebenaran, Injil untuk Orang Ibrani, Injil untuk Orang Mesir, Injil untuk Orang Ebionit) menambahi kisah-kisah yang terdapat pada keempat kitab Injil Kanonik tentang kelahiran, kehidupan, ajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Tulisan-tulisan ini dimaksudkan untuk mengisi celah-celah kesaksian Injil-injil Kanonik. Dari pemikiran-pemikiran teologisnya tercermin asal usulnya yang bercorak Gnostik.
4. Kisah Para Rasul
Karya para penulis Kristen abad ke-2 dan ke-3 ZB, yang merupakan cerita tentang pelayanan para rasul yang lain, disamping yang sudah diceritakan di kitab Kisah Para Rasul.
Kisah Para Rasul Apokrif meliputi: Kisah Rasul Petrus (180-190 Zaman Bersama) yang menceritakan rivalitas Simon Petrus dan Simon Magus; Kisah Rasul Yohanes (150-180 ZB) yang merupakan kesaksian seorang saksi mata atas perjalanan misioner Yohanes di Asia Kecil; Kisah Rasul Andreas (awal abad ke-3 ZB) yang berisi kisah perjalanan Andreas dari Pontus ke Akhaya hingga kematiannya sebagai martir; Kisah Rasul Tomas (paruh pertama abad ke-3 ZB) yang menceritakan perjalanan misioner Thomas ke India; dan Kisah Rasul Paulus, yang menurut Tertullianus ditulis seorang penatua di Asia Kecil untuk menghormatinya.
Salah satu episode yang dimuat didalamnya adalah cerita tentang Rasul Paulus dan Thekia, seorang perempuan pengikut Paulus yang sangat dihormati. Pada umumnya, karya-karya apokrif ini bersifat sektarian, diwarnai oleh Doketisme, Gnostikisme, dan Manicheisme.
5. Surat-surat
Surat-surat Apokrifa relatif sedikit. Surat Paulus yang ketiga ke jemaat Korintus (3 Korintus) dengan sedikit pengantar tentang Paulus dari para penatua di Korintus merupakan bagian dari Kisah Rasul Paulus. Tulisan ini sangat dihargai oleh gereja-gereja Armenia dan Siria.
Di Barat, surat Paulus kepada jemaat Laodikia tersebar luas, dan dimuat di Alkitab Jerman sebelum Alkitab terjemahan Luther. Korespondensi Paulus dengan filsuf Seneca, yang terdiri dari 14 surat, termuat dalam lebih dari 300 manuskrip. Disamping itu, ada pula surat Titus dan surat-surat Kristus kepada raja Abgardi kerajaan Edessa.
6. Wahyu
Tulisan-tulisan Apokrifa apokaliptik yang dikaitkan dengan rasul-rasul lain sebagai tambahan atas kitab Wahyu. Yang paling awal adalah Wahyu kepada Petrus (125-150 ZB), yang sebagian tersimpan dalam bahasa Yunani dan secara penuh dalam bahasa Ethopia, yang mengisahkan kehidupan orang-orang yang sudah ditebus di surga dan siksaan bagi mereka yang terkutuk di neraka.
Adapula Wahyu kepada Paulus, yang menggambarkan kehidupan Paulus di surga dan kesaksian tentang penghakiman jiwa orang-orang benar serta orang-orang fasik. Disamping kedua kitab itu, pada tahun 1946 di perpustakaan Nag Hammadi ditemukan pula dua tulisan Apokrifa apokaliptik yang lain yakni Wahyu kepada Yakobus 1 dan 2.
Tema-tema dalam wahyu Apokrifa ini memilik kesamaan dengan kepercayaan agama-agama Timur Tengah waktu itu, seperti yang digambarkan Dante Alighieri dalam karyanya "Divine Comedy" (Komedi Ilahi).
7. Modern
Suplemen modern terhadap Alkitab tidak memiliki nilai historis dan literal. Yang sudah dipulikasikan antara lain Injil Aquaria, Surat Benan, Deskripsi Kristus, Pengakuan Pontius Pilatus, Injil Yosefus, Kitab Yasher, Kitab-kitab Alkitab yang Terhilang, Surat dari Surga, dan Kisah Para Rasul 29.
Referensi:
1. Kamus Gereja & Teologi Kristen. (2022). BPK Gunung Mulia, Jakarta
2. Aplikasi KBBI